Bimbingan bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang Mempunyai Gangguan Gerak Fisik

Tunadaksa berasal dari dua kata, yaitu tuna yang artinya gangguan dan daksa yang artinya tubuh. Maka tunadaksa merupakan seseorang yang mengalami gangguan pada anggota gerak. Mereka memiliki hambatan untuk berperan aktid pada kegiatan sehari-hari, baik di rumah maupun sekolah. Penyebab seseorang mengalami tunadaksa dibagi menjadi tiga, yaitu prenatal, natal, dan postnatal. Penyebab prenatal (saat di dalam kandungan) yaitu karena infeksi/penyakit yang menyerang otak bayi, radiasi terhadap kandungan, ibu hamil yang mengalami kecelakaan, dan percobaan aborsi.
Penyebab natal (saat lahir) yaitu kelahiran prematur, kesulitan persalinan, dan pemakaian anastesi yang berlebihan. Penyebab postnatal (sesduah lahir) yaitu penyakit meningitis, polio, karena kecelakaan, dan pertumbuhan tubuh yang tidak sempurna.

Klasifikasi anak tunadaksa dibagi menjadi dua, yaitu tunadaksa kelumpuhan/kehilangan salah satu anggota gerak. Jenis ini biasanya disebabkan karena polio, TBC tulang, dan penyusutan sendi. Pada jenis ini terdapat 6 subjenis, yaitu hemiplegia (lumpuh setengah badan), poliomyletis (lumpuh, scoliosis), triplegia (lumpuh 3 anggota gerak), tetraplegia (lumpuh 4 anggota gerak), muscle dystrophy (otot yang tidak berkembang), dan amputi (kehilangan anggota gerak). Jenis yang kedua yaitu cerebral palsy yang berarti layu otak, diman abagian otaknya layu pada syaraf motorik. Biasanya anak yang mengalami CP akan mengalami pula problem penyerta. Terdapat 5 subjenis, yaitu spastik (kekakuan anggota gerak), tremor (anggota gerak yang bergetar), rigid (kekakuan), ataxia (gangguan keseimbangan), dan atetoid (campuran).

Karakteristik anak tunadaksa dilihat dari fisik memang ada perbedaan tergantung jenis tunadaksanya. tetapi untuk intelegensi, tidak ada yang berbeda dengan anak normal, kecuali anak CP biasanya intelegensinya pun berbeda. Dilihat dari segi psikologis, anak tunadaksa biasanya pemalu, rendah diri, dan sensitif. Layanan yang diberikan diantaranya terapi fisik (pysiotherapy) yang disesuaikan dengan jenis tunadaksa dan terapi bicara. Pendidikan ditekankan untuk menolong diri sendiri dan untuk melakukan aktivitas.

Dalam proses belajar mengajar tidak ada yang berbeda karena kemampuan intelegensinya sama dengan anak normal. Di sekolah biasanya disediakan ruang sumber untuk memberikan keterampilan lain. Kurikulum yang dipakai juga sama, namun biasanya ada penyesuaian. Ruangan kelas pun disesuaikan dengan tunadaksa, misalnya kursi yang didesain lain. Sebagai seorang guru, kita harus bisa memfungsikan potensi yang ada seoptimal mungkin. Walaupun mereka memiliki kekurangan, pasti mereka diberikan kelebihan yang lain. Bahkan banyak anak tunadaksa yang berhasil dalam hidupnya, misalnya Nick Vujisic. Kita harus bisa memberikan motivasi dan menanamkan rasa percaya diri agar mereka mau mengembangkan potensinya.

SHARE ON:

    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment